KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Pelatihan Kader Dokter Kecil Sebagai Kader Kesehatan di Sekolah
       
         Kegiatan pelatihan Dokter Kecil sebagai wadah pembinaan anak usia sekolah. Selain itu juga kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam 1 tahun rencana kegiatan oleh Puskesmas Rowosari dengan mengunjungi beberapa sekolah dasar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rowosari. 

        Kegiatan pelatihan dokter kecil ini dilaksanakan Rabu 12 Oktober 2022 diikuti oleh 54 siswa dan siswi sekolah dasar di aula Puskesmas Rowosari sebagai perwakilan yang nantinya akan dibekali tentang P3K, PHBS (Cuci tangan pakai sabun), gizi seimbang, SiCentik (Siswa cari jentik), Bullying for elementary school, dan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan ini merupakan kegiatan lintas program yang materinya diisi oleh program gizi, kesehatan lingkungan, perawat umum, perawat gigi dan juga kesehatan masyarakat.

Gambar 1.0 Demonstrasi Cuci Tangan
Gambar 1.1 Demonstrasi Pelatihan P3K

Gambar 1.2 Demonstrasi Isi Piringku

Gambar 1.3 Gosok Gigi Bersama
    Pelatihan dokter kecil ini dilaksanakan dalam waktu 1 hari ini, selama kegiatan pelatihan dokter kecil ini siswa/i diberikan materi sekaligus juga diajarkan prakter mulai dari bagaimana melakukan pertolongan pertama pada korban, demonstrasi gosok gigi, demontrasi cuci tangan. Materi PHBS (Cuci tangan pakai sabun) agar menanamkan rasa peduli terhadap kebersihan kesehatan di mulai dari diri sendiri dengan cara melakukakan Cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan selesai beraktivitas atau buang air besar. 
        Harapan dari kegiatan pelatihan dokter kecil ini adalah agar siswa/i yang sudah dillatih dapat menjadi virus positif yang selalu menularkan hal – hal yang baik tentang kesehatan dan juga mereka diharapkan menjadi kader – kader kesehatan sebaya yang mengajak siswa/i lain untuk selalu menerapkan pentingnya menjaga kesehatan serta berprilakuk hidup bersih dan sehat (PHBS).


 Kesehatan Gigi Untuk Mendukung Pembangunan Kesehatan

        Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak menular ini, kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

       Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

       Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

Gambar 2.1 Posbindu

       Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM minimal bisa membaca dan menulis, lebih diutamakan berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

       Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini yang dapat dilakukan oleh posbindu PTM, maka dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok posbindu PTM yaitu
  • Posbindu PTM Dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau formulir untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga yang telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks Massa Tubuh (IMT), analisa lemak tubuh, pemeriksaan tekanan darah serta penyuluhan.
  • Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan posbindu PTM Dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran arus puncak ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan IVA serta pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga analis laboratorium/lainnya)
 
Kegiatan posbindu PTM menggunakan sistem 5 meja. Pelayanan sistem 5 meja terdiri dari :
  1. Meja 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, yaitu kegiatan mencatat data individu pasien sesuai buku monitoring faktor risiko PTM yang ada. Pada pelaksanaan monitoring, kondisi faktor risiko PTM harus diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa. 
  2. Meja 2 : Wawancara faktor risiko PTM. Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang berkaitan dengan penyakit tidak menular.
  3. Meja 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. 
  4. Meja 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru sederhana.
  5. Meja 5 : Konseling dan Edukasi. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
       Apabila pada kunjungan berikutnya (setelah 3 bulan) kondisi faktor risiko yang dimiliki tidak mengalami perubahan (tetap pada kondisi buruk) atau sesuai dengan kriteria rujukan maka untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas atau klinik swasta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan yang bersangkutan. Meski telah mendapatkan pengobatan yang diperlukan, para penyandang faktor risiko PTM yang telah dirujuk tetap dianjurkan untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM secara rutin di posbindu PTM.

       Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan Posbindu PTM adalah sebagai berikut :
  1. Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensimeter serta buku pintar kader tentang cara pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur analisa lemak tubuh dan penguku ran tekanan darah dengan ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana (peakflowmeter) dan media bantu edukasi.
  2. Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.
  3. Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA) dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (Dokter ataupun Bidan di kelompok masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan tersertifikasi.
  4. Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
  5. Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model) dan lainnya.

Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut

        Kesehatan gigi dan mulut adalah hal yang sangat penting karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Bila tidak dibersihkan dengan baik maka sisa makanan yang tertinggal digigi akan membentuk koloni bersama bakteri yang disebut plak.

        Plak pada gigi selain dapat menyebabkan gigi berlubang juga bisa menyebabkan peradangan pada gusi yang disebut gingivitis dan bila dibiarkan akan bertambah parah menyebabkan penyakit periodontal yang akibat terburuknya bisa menyebabkan kehilangan gigi.

Gigi berlubang bisa sebabkan bau mulut
Permasalahan yang sering timbul dari kebersihan gigi dan mulut yang kurang baik biasanya pasien akan mengeluhkan bau mulut yang tidak segar. Bau mulut yang tidak segar atau halitosis penyebabnya cukup beragam. Tetapi penyebab bau mulut sebagian besar penyebabnya karena masalah pada kesehatan gigi dan gusi seperti gigi berlubang atau masalah pada gusi  Oleh sebab itu menjaga kesehatan gigi dan gusi menjadi hal yang penting. Menjaga kesehatan gigi secara rutin dengan melakukan kunjungan ke dokter gigi enam bulan sekali dapat memberikan beberapa keuntungan.  

Gambar 3.1 Kesehatan Gigi

Upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, yaitu :
  1. Mendeteksi masalah gigi dan gusi sejak awal. Melakukan pemeriksaan gigi secara rutin memungkinkan pendeteksian masalah gigi dan gusi dalam tahap awal yang memungkinkan dokter melakukan perawatan pada gigi seperti menambal lubang yang masih kecil sebelum gigi pasien mengalami kerusakan yang lebih parah. Penanganan dini justru akan menghemat biaya pengobatan dibandingkan pada saat kondisi gigi sudah parah.
  2. Mengetahui kondisi kesehatan umum. Pada saat pemeriksaan dokter gigi dapat memberikan informasi tentang kemungkinan adanya penyakit yang di derita oleh pasien, karena dari kondisi gigi dan jaringan pendukung gigi dapat memberikan informasi dari tanda-tanda penyakit yang mungkin di alami oleh pasien.
Sikat gigi yang baik
Kemudian bagaimana dengan menjaga kesehatan gigi dan gusi yang baik yang bisa dilakukan sehari-hari pasien. Hal terpenting adalah dengan melakukan penyikat gigi, pertanyaan yang sering ditanyakan adalah bagaimana cara penyikatan gigi yang baik? Tata cara memilih dan menyikat gigi yang tepat, seperti:
  1. Untuk anak pilih sikat gigi yang kecil baik tangkai maupun kepala sikatnya, sehingga mudah dipegang dan tidak merusak gusi.
  2. Pilih sikat gigi berbulu lembut untuk mencegah abrasi
  3. Ujung kepala sikat menyempit hingga mudah menjangkau seluruh bagian mulutnya yang relatif mungil
  4. Pastikan cara menyikat gigi sudah tepat, yaitu dengan tekanan sedang dan mengikuti arah dari gusi menuju gigi, untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan kepada dokter gigi pada saat kunjungan, dokter gigi akan memberikan instruksi kebersihan gigi dan mulut.
Kapan sebaiknya kita mengganti sikat gigi?
  1. Mengganti sikat gigi minimal setelah tiga bulan pemakaian. Waktu yang tepat untuk mengganti sikat gigi adalah 3 sampai 4 bulan setelah sikat gigi tersebut dipakai. Jadi jangan menunggu bulu sikat gigimu mekar baru menggantinya.
  2. Segera mengganti sikat gigi sebelum bulu sikatnya rusak.Bila bulu sikat sudah mengalami perubahan bentuk serta posisi tidak perlu untuk menunggu sampai 3 bulan, kita bisa mulai mengganti sikat ketika bulu sikatnya sudah mengalami kerusakan. Memaksa menggunakan sikat gigi yang bulunya sudah mekar hanya akan membuat hasilnya tidak maksimal.

Comments